Aku menunggunya
masuk sambil memutar-mutar anak kunci.
Pantai ini sangat
indah, matahari tersenyum hangat dengan ramahnya ditemani dengan belaian daun
kelapa.
Sangat menenangkan
bagiku.
Hotel ini berdekatan
dengan pantai, aku melihat banyak motor dan mobil dengan roda khusus
berselancar di pantai.
Baru kali ini
kulihat mobil dan motor semacam itu, terbersit dalam hatiku kekhawatiran
jikalau pengemudinya terpeleset.
Ah, sepertinya itu
hanya kekhawatiranku saja. Lihatlah mereka sangat lihai mengemudikannya tanpa
terjatuh sekalipun.
Aku tersenyum,
lagi-lagi aku mencarinya. Dia berjanji akan menjumpaiku disini.
Nah, itu Dia datang.
Entah bagaimana perasaanku melihat sesosok tegap dengan pandangan mata yang
teduh itu datang menghampiriku. Aku selalu menemaninya, kami selalu bersama.
Ya, bersama.
Dia merengkuh
pundakku, mengajaku masuk ke kamar yang sudah dipesannya untuk kami.Kami berdua tersenyum.
Kamar hotel ini agak
aneh, menurutku begitu. Kamarnya terkesan tua namun klasik.
Pandanganku menyapu
seluruh ruangan dan aku menemukan dua tempat tidur "single bed" yang saling berdampingan.
Aku menjatuhkan
tubuhku disalah satunya, sambil tersenyum penuh kemenangan karena sudah memilih
"pojok terbaiku".
Seperti biasa, dia
selalu mengalah dan membiarkan aku memilih dimana aku akan tidur, itu yang
kusuka.
Sprai kamar ini
berwarna merah hati yang lembut, tidak begitu cerah tapi entah mengapa aku
menyukainya.
Di sudut kamar ada
beberapa pajangan dan lukisan yang jujur saja sekarang aku sudah lupa bentuknya seperti apa, yang
pasti kamar ini kamar yang begitu hangat dan terasa sangat menarik bagiku.
Pemandangan pantai
yang penuh dengan orang-orang yang sedang berjemur, berselancar dan juga
bermain mobil dan motor diatas air dapat terlihat dengan indah dari jendela
kamarku.
Hari demi hari aku
habiskan di sana, aku tak tahu untuk apa yang pasti hanya untuk menemaninya.
Tak ada yang terjadi
selama itu, kecuali perasaanku yang semakin begitu memujanya. Aku merasa takut
sendiri dengan itu, takut dia tak merasakan yang sama.
Suatu hari aku
melihat lelaki berwajah bulat, berambut ikal, berbadan gemuk dan pendek sedang
menarik gordin kamar kami. Aku menegurnya dengan menggunakan bahasa yang entah
tak kumengerti apa. Aku bicara, bahwa dia tak seharusnya mengambil gordin kami.
Dan lelaki itu sedikit salah tingkah dan meminta maaf, dia bercerita kesulitan
dan kebingungannya menata meja makannya untuk gadisnya.
Aku menawarkan
bantuan untuk menolongnya. Aku menatanya dengan caraku. Lelaki itu sangsi
apakah gadisnya akan menyukai tatananku, aku merengut kesal. Dan, seketika
gadisnya terbangun, dan dia sangat menyukai tatananku dan memujinya dengan
senyum lebar, lelaki itu terdiam, menunduk, sementara aku berlalu dengan
tatapan mata kekesalanku.
Aku kembali ke
kamarku dan menemukan pesan bahwa Dia mengajakku makan siang bersama.
Meja makan kami
menghadap pantai, bau kayunya sangat terasa kental dan aku menyukainya. Ketika Dia datang aku tak bisa menyembunyikan
kegelisahanku, entah apa aku tidak tahu.
Semuanya terjawab,
saat Dia bicara bahwa hari ini adalah hari terakhir kami. Artinya, kami
berpisah hari ini.
Aku menunduk lesu,
tak bergairah lagi bagiku menyantap makanan itu. Aku diam dan dengan sedih aku
meninggalkannya menuju kamar kami.
Aku menangis tersedu
dipojokan kamar. Setelah lama kami bersama-sama, larut dalam suka maupun duka , menjalankan tugas
bersama-sama dan sekarang semua itu akan berakhir. Derai tawa kami, kekompakan
kami, pertemanan kami, semuanya terurai jelas di gelombang air mataku kini.
Satu-satu mereka jatuh membasahi pipiku, tanpa aku dapat menahannya.
Pintu terbuka, Dia
datang dan menyeka pipiku. Aku menatapnya, pipinya basah dengan air mata, mata
teduhnya merah semburat kesedihan. Aku terluka melihatnya. Dia menunduk, dengan
perlahan dia bicara kalau selama ini dia mencintaiku dan saat ini adalah saat
yang paling dia benci dan ditakutinya karena Dia akan kehilanganku.
Tangisku pecah tak
terbendung. Kami berciuman, melepas asa yang entah kapan akan terwujud.
Aku dan Dia berpisah
sejak saat itu meninggalkan kenangan; pantai, motor dan mobil diatas air; kamar
hotel; lelaki penarik gordyn; dan tentu saja cinta yang tertinggal.
Aku pergi, terbangun
dan semuanya selesai. Ternyata hanya mimpi, hmmm mimpi yang aneh. TITIK.
Jakarta, 30
September 2013
0 komentar:
Posting Komentar